Saturday, March 7, 2015

Lintang Ayu, Hidup Ini Terlalu Manja Untuk Ditangisi

Lintang Ayu menyusulku dan merebahkan badanya diatas busa yang terbungkus kain putih, bersih dan beraroma segar tepat disampingku. Badanya yang hanya terbalut selimut coklat muda tebal berbulu lembut sesekali harus tersingkap karena tangannya harus meraihku untuk menjaganya dari dinginnya ruangan dalam suhu 17 derajad.

wajahnya sangat ceria saat itu, binar matanya terang dan bercahaya bintang biduk yang seolah membisikkan di telingaku bahwa ada  sebuah harapan baru dalam hidupnya. Momen ceria itu berlalu dengan sangat singkat sehingga pudar ketika dia dekap erat tangan kananku sembari  memaksaku untuk menjawab pertanyaan itu yang akhirnya menumpahkan air matanya.
Aku hanya jujur atas keinginanku agar dia kembali pada performanya.

Lintang Ayu...
Apa yang akan tersisa dalam hidup ini ketika sebuah kepercayaan diri hancur karena jutaan hujat dan maki disaat keterpurukan terjadi karena sebuah misi yang terlepas dari garis harapan. Secara bersamaan Hujat menjadi perangkat berat dengan tabung giling yang meratakan seluruh batu kali menjadi pasir dan tertiup angin ditelan badai dan maki menjadi mesin cacah dengan serangkai ribuan pisau ss tajam yang merubah jati menjadi tembakau. lantas garu baja itu mengantar kita kedepan mulut lembu dan dikoyaknya jiwa kita.

Lintang....
Ketika diam tanpa denyut, senyap tanpa suara, gelap tanpa cahaya Tak mampu membawa lari kita dari keterpurukan, disaat itulah kita akan mengundang air mata untuk hadir mencemooh kita dengan cara kejam dan membabi buta. Bahkan tanpa ampun merajam kehidupan ini dan memanipulasi pikiran kita menjadi liliput. 

Lintang...
Hidup ini terlalu manja untuk ditangisi, bahkan hidup ini harus kita papah nenuju peraduannya. 

saat itu tanganmu merengkuhku dengan pelukan erat untuk mengusir air matamu. selalu kuingatkan untuk kau aktifkan budi mu, urai semua masalahmu dan aku akan selalu duduk disampingmu, menyaksikan setiap gerakmu dalam memecah kebuntuanmu. 

Lintang...
hidup ini terlalu manja untuk ditangisi. akal dan budi mu akan membangunkan kepercayaan dirimu, jauh lebih kuat dari sebelunya. Aku percaya padamu, lebih dari dirimu sendiri. Buka matamu Lintang, saksikan indahnya dunia bersamaku, hidup ini begitu terang bahkan transparan.

Lintang Ayu...
Percayalah padaku, kepercayaan dirimu tidak tertinggal dalam bagasi mobilmu yang terjual tempo hari, bahkan tidak dalam kotak karton susumu, atau juga tidak dibawa pergi oleh kakak kelasmu yang malas seperti pengidap obesitas akut, lihat lintang ayu, kepercayaan dirimupun tidak terlindas oleh hujat yang menjelma menjadi tabung giling  atau tercacah oleh maki rajam ribuan pisau ss penyacah batang kayu. Dia masih ada di dalam dirimu, bersemayam diantara paru paru alat nafasmu, didalam lapis terdalam jantung hatimu yang selalu tulus untuk berbagi. Bangkitkan dia dalam budimu wahai perempuan yang membuat jantungku kembali berdebar.

bibir kami saling bertemu dan jiwa kami bersatu dalam persetubuhan, desah nafas kami silih berganti menghangatkan ruangan itu. kamipun lelap dalam percintaan dan hasrat hingga alarm itu berbunyi. 

No comments:

Post a Comment