Sunday, March 1, 2015

Aroma Lavender Lintang Ayu

Wahai perempuan yang bersuara manja...
badan ini serasa tak betenaga, lemas bagaikan sumbu kompor tersiram galonan air tak mampulagi untuk berdiri seakan tulang ini terbuat dari terigu bahan pembuatan berhala bagi kaum jahiliyah. Benar saiyang ... siang tadi aku sangat sudah tidur sampai akhirnya aku bongkar galeri dan lihat fotomu saat tersenyum. Tapi aku kehilangan foto tercantikmu saat persiapan "mentas jam 2", hari itu bbm ku diserang intelijen dan hancur berantakan tak ada ampun.
Lintang...
jika dirimu masih ingat berapa jumlah angka dalam jam dinding rumah mu, disana ada 12 angka yg berbeda untuk tanda perputaran setengah harinya,  dan aku ajak lintang untuk melihat angka 11, jam 11 siang tadi, suara gaduh orang berantem mengusik tidurku. Aku terjaga membawa sebongkah hati yang sangat dongkol
karena aku harus terbangun 6 setengah jam lebih awal dari hitungan 8 jam normalku. Jarum pendek berputar sampai menuju angka 12 yang pertama kalinya nyaris aku tidak memejamkan mata, sampai jarum pendek di angka 12 yg kedua kalinya. 24 jam lintang, aku mengidap penyakit susah tidur hari ini. hingga saat ini leleh dan kantuk menyerangku.

Lintang Ayu
saat ini aku di atas pembaringan malam dengan beban kepala yg begitu berat rasa aneh yang luar biasa menyerangku dengan hujaman bau bantal bertubi tubi sehingga ku tak yakin bisa bertahan untuk menanti kalimat terahirmu yang tak kunjung datang hari ini. Entah dimana dirimu bersama sahabat ambon dan ternatemu. Aku masih memanjakan rasa rindu ini dalam sebuah  aroma teraphy lavender oleh oleh dari sahabat karibku, semakin ku hirup aroma itu semakin dalam aku merasakan rindu akan hadirnya dirimu
kurasa dirimu benar benar telah menghabiskan seluruh perhatianku.

Ku palingkan muka kekiri, kulihat ada sebuah benda kotak kecil berwarna putih dengan belasan tombol kuraih dan kunaikkan angkanya menjadi 20 agar hangat ruangan ini sehangat sapaan manismu dalam pesan singkat itu. Jempolku masih menari diatas layar ketik untuk melanjudkan surat ini.

Lin...
parafin dalam tungku aroma teraphy itu tak mampu membuat kamarku menjadi jauh lebih romantis tanpa adanya dirimu disini, bentuknya yang hanya seperti es lilin dengan sumbunya yang pendek hanya mampu menyuguhkan aroma dan bayang tanpa menghadirkan tubuhmu, remang remang cenderung gelap hingga semakin mudah aku membayangkan wajahmu. Semakin menusuk aroma lavender ini, semakin membuatku lebih melayang dalam bayang wajah mu yang sore tadi ku gores dengan pensil virtual 2b ku.

Hi Lintang Ayu yang sangat segan mengucap "i love you" untuk ku ...
mungkin dirimu tak akan pernah percaya jika aku menggoreskan namamu di beberapa tempat di kamarku di depan ku ini arah jam 12 jadi persis di depanku, ada secarik kertas di atas furnis persis di bawah lepie Assus putihku. Disitu bebebrapa jam lalu sambil tersenyum aku goreskan namamu. "Lintang Ayu"
Lintang saiyang ...
aku sedang berusaha tidur cepat malam ini ...
aroma lavender ini semakin mendorongku dalam rindu, bayang wajahmu dalam kerudung basah handuk putihmu itu semakin membuatku tak menentu. Tak mampu lagi aku menahan rasa kantuk ini ...
aku ingin cepat cepat bermimpi memeluk dan menciummu bertubi tubi diatas padang lavender yang lebat dan wangi.

wahai perempuan yang membuatku tergila gila ...
terimalah hantaran jutaan cintaku dalam nampan rinduku.


dalam aroma lavender dan pekatnya rindu

No comments:

Post a Comment