Showing posts with label Cerita. Show all posts
Showing posts with label Cerita. Show all posts

Thursday, July 28, 2011

Semakin "Gila' Aku Dibuatnya

Semakin hari aku rasakan semakin aku merasa "mabuk kepayang" dibuatnya. Begitu pandai dia membuat semua keadaan ku ini menjadi sangat nyaman, bahkan dia bisa membuat semuanya menjadi nyaman hanya dengan beberapa kata yang sering dia lontarkan kepadaku. Bahkan lebih nyaman dari apa yang aku rasakan saat aku sedang menjalin kasih dengan mantan pacarku yang 3 tahun lebih tua diatasku beberapa tahun yang lalu.

O iya aku belum bercerita kepada kalian tentang mantan pacarku saat aku masih SMU, Saya kelas III SMU waktu itu dan mantan pacarku sudah kuliah semester 5 di sebuah perguruan tinggi di kotaku. Baik aku akan bercerita sedikit, Sebut saja namanya Indah walaupun ada kemungkinan itu nama asli dia tapi pada cerita ini tetap aku bilang nama yang sudah disamarkan, Kami berpacaran sekitar 2 tahun lebih, dia dari keluarga berlatar belakang suku dan budaya Jawa. Aku panggil dia dengan panggilan sayang Het, yang jika di baca mundur artinya Teh atau panggilan untuk perempuan yang lebih tua dari kita dalam bahasa Sunda. Sampai kami putuspun dia belum tau maksud kata Het itu karena mirip dengan nama belakang dia.

Dia adalah perempuan yang pertama kali singgah di hatiku artinya aku benar benar jatuh cinta kepadanya. Walaupun memang dia bukan satu satunya perempuan yang pernah memacariku pada saat itu. Dari dialah saya banyak belajar bangaimana memperlakukan perempuan dengan baik, minimal menurutku dengan baik dan benar. Dari dia jugalah aku belajar untuk mendapatkan hati perempuan siapapun itu. Bahkan saya belajar berciuman juga dari dia ( aduh jadi malu ), benar dia lah perempuan yang pertama kali aku cium dan menciumku. Dia sangat dewasa, jelas jauh lebih dewasa dariku, dengan dialah aku berpacaran dengan sangat berbeda jika di bandingkan dengan beberapa perempuan yang pernah memacariku saat itu.

Minimal aku tidak menjadi tukang ojeg atau supir taksi setiap harinya, padahal jika dia memintaku pun aku akan dengan senang hati menurutinya kecuai jika ada jadwal ekstrakulikuler tentunya. Aku tidak perlu menjadi seperti babysister ataupun bodyguard, jelas karena dia lebih mandiri dari aku. Kami benar benar berpacaan nyaris tiada paksaan atau kekangan sama sekali. Benar benar situasi yang sangat membuat aku nyaman. Sampai akhirnya kami putus dengan sebab yang sama sekali tidak aku ketahui, keputusan sepihak menurutku, entah dia jatuh cinta dengan teman kerjanya atau memang ingin menyudahi hubungan kami. Dan ini kata terakhir darinya "Pap, Masa depan menantimu!". Dia suka memanggilku dengan sebutan Pap, dan sampai saat in pun aku juga tidak tau apa maksud kata itu. Beberapa waktu berlalu entah dari mana dia mendapatkan nomor HP ku dan kemudian kami bertemu di sebuah Mall, dia tampak kurus dan sudah menggendong anak.

Sekarang saya sudah bukan anak SMU lagi, minimal parameter kenyamanan pada saat ini sangat berbeda dengan waktu itu. Aku tidak bermaksud membandingkan antara dia dan Indah, tapi yang jelas dia lebih pandai mengkondisikan semua situasi menjadi sangat nyaman. Seperti yang sudah aku bilang di atas , bahkan dia sanggup mengkondisikan keadaan menjadi sangat nyaman hanya dengan beberpa kata. "Percayalah, semua akan baik baik saja" entah dari mana dia mendapatkan kata kata itu, yang jelas itu kalimat magic nya.

selama ini bersama dia aku selalu merasa mendapatkan lebih dari apa yang aku harapkan, itu juga salah satu yang membuat aku menjadi semakin "mabuk kepayang" dibuatnya. bahkan dia seribu kali lebih dewasa dari yang aku duga. Jadi dua kali sudah aku di buat "mampus di mabuk kepayang" oleh 2 perempuan yang lebih dewasa dari ku. Tapi kali ini lebih dahsyat dari sebelumnya sampai sampai tidurpun otak ini masih sempat tertuju pada nya.

Tidak sedikit sebenarnya perempuan yang jatuh cinta atau sekedar ingin dekat dan memacariku entah apa yang di cari mereka dariku, tetapi hampir semua tidak dapat mengetahui kelamahanku itu. Hasilnya aku tolak mentah mentah ( wew maap terkesan sombong tapi kenyataan seperti itu ), kebanyakan mereka berfikir kecantikan wajah dan bentuk tubuhnya mampu memperdayaku ya itulah yang ada di pikiran para cewek Bahenol.

Kembali kepada dia, dia lebih dewasa dariku bukan dari segi umur, dari segi kejiwaan aku akui dia lebih matang dariku tapi kali ini aku harus bisa mengimbanginya dengan caraku sendiri. Dia menjadi dewasa karena proses hidup yang dia lalui lebih dinamis dibanding dengan ku yang hampir setiap hari berkutat pada rutinitas yang menguras otak dan pikiranku. Ya semakin aku "mabuk kepayang" dibuatnya "mampus di mabuk kepayang" dengan kenyamanan yang dia kondisikan untukku. Dia satu satunya perempuan yang paling bisa menaklukkanku, entah dari mana dia tahu kelemahanku. Dia yang paling bisa membuat perasaan ini bahagia, entah dari mana dia mandapatkan cara itu. Yang pasti aku telah memberikan seluruh cintaku untuknya.

Bukan maksud aku memuji secara berlebihan, memang yang aku ceritakan harus seperti itu. Buat kalian mungkin hanya cukup tau saja, bahwa saat ini aku sedang dalam kondisi dilanda cinta yang sangat akut. Bukan hanya sekedar "gila" aku dibuatnya tapi memang sudah "mampus" dibuatnya. Bagian ini tidak akan aku ceritakan semuanya, karena di dunia ini bukan hanya aku saja yang sedang di landa perasaan yang sama.

ini aku bagi SMS ku bebrapa menit sebelum aku menuliskan cerita ini :
Cintaku, sedang apa dirimu??
Inikah aku yang sedang kamu rindukan ??
bahkan aku tidak tahu malam ini kamu ada dimana??
bersama siapa ?
sedang sendirian atau ada seseorang yang menemanimu??
Tapi aku merasakan kamu sedang berada disisiku dalam pelukan hangatku.
ketahuilah aku sangat mencintaimu, merindukanmu, menginginkanmu,
selelu ingin bersamamu, jadikanlah aku seperti apa yang kita mau.






Wednesday, July 20, 2011

Masalah yang Tertunda

Masalah itu telah membuatku tidak bisa tidur. Beberapa hal yang seharusnya aku selesaikan ternyata tertunda karena aku belum berani mengambil resiko yang sagat besar dalam hidupku. Pada sisi lain aku sangat ingin menyelesaikan dan mengklarifikasikan seluruhnya dengan segera dan dalam waktu yang sesingkat singkatnya, tapi aku terlena dengan situasi yang sangat teramat nyaman untukku. Setiap kali aku ada kesempatan untuk menyelesaikannya selalu saja tertunda karena tidak ingin kehilangan kenyamanan itu. Aku sudah terlena dan enggan kehilangan kenyamanan yang telah dia berikan di tengah tengah kehidupanku sekarang.

Pahit memang aku rasakan, jutaan resiko yang bakalan aku hadapi membuatku takut untuk menyelesaikannya, takut akan kehilangan dirinya, takut kehilangan seluruhnya. Ego itu yang akhirnya membawaku semakin terjerembab dalam kesalahan dan kebodohan. Bukan tidak ada alasan sebenarnya aku tidak memberikan secara jelas dan nyata tentang apa yang melekat pada diriku. Ya sudah lah aku tidak ingin menyalahkan apapun dan siapapun dalam hal ini, semuanya murni kesalahan pribadi ku sendiri.

Dalam perjalanan masalah itu, suatu hari aku memutuskan untuk menyelesaikannya pada hari itu, toh kenyamanan yang dia berikan sudah terdepak oleh kebodohanku sendiri, hilang bersamaan dengan rasa bersalah yang tiada terbendung lagi. Tapi tetap saja tertunda karena tiada keberanian untuk mengakui kesalahanku, tidak berani kehilangan seluruh kenyamanan dalam bentuk apapun. Perhituganku terlalu jauh mungkin, tapi ego telah menghantarkanku untuk menunda menunda dan menunda.

Hingga suatu hari aku sudah tidak bisa menahan lagi dan akhirnya aku lakukan rencana itu, siap tidak siap aku harus menghadapi resiko terbesar sekalipun. Aku utarakan semua yang selama ini menjadi ganjalan sebesar batu gunung dalam kepalaku yang hanya sekecil ini. KArena kesempatan ini tidak akan mungkin datang lagi, atau aku Sudah tidak ada waktu lagi untuk menundanya, ini yang kan menjadi penentu apakah aku gagal atau berhasil dalam mewujudkan apa yang selama ini terwujud.

Aku tetap masih ingin mewujudkan apa yang selama ini gagal aku wujudkan. Tekad sudah bulat untuk segera menyelesaikan semuanya. Jika aku gagal minimal aku tahu bahwa aku benar benar gagal, jika aku berhasil seharusnya aku sudah bahagia bersamanya. Akupun menceritakan semua kepada dia yang selama ini selalu bertanya tanya. Satu persatu masalah aku ceritakan tanpa ada yang ditutupi lagi, hal ini membuatnya kaget dan mungkin terlampau kaget sehingga dia harus bereaksi yang cukup membuat nyali kelaki lakianku ciut seperti kerupuk terendam air.

Aku jelaskan semua alasan yang yang melatar belakangi semuanya. Alasan yang benar benar nyata dan memang seperti itu keadaanya. Aku bukan ingin mengecewakannya apalagi membuatnya merasa tidak nyaman dengan alasan yang aku berikan. Tapi memang aku harus jujur dan menyelesaikan masalah ini. Aku tau dengan pasti bahwa hal ini akan menimbulkan reaksi pada dirinya. Aku harus siap dengan setiap reaksi yang akan dia lakukan, dan tentunya aku akan tetap bertahan. Kemudian aku dapat merasakannya setiap reaksiya yang menurutku cukup keras, aku maklum karena itu sebuah konsekwensi logis yang sebenarnya memang sudah aku perhitungkan.

Memang aku tidak pernah membalas setiap reaksinya apa lagi merayuna untuk tidak melakuan reaksi yang membuat aku semakin merasa bersalah. Tugasku hanya mengakui semua kesalahan , memberikan alasan yang nyata dan sebenarnya, meminta maaf kemudian bertahan atas semua reaksinya dan menghadiapi setiap resiko baik yang sudah aku duga dan belum aku duga sama sekali.

Aku tidak bisa memaksanya untuk tidak marah, memaksanya untuk memaklumi apa lagi memaksanya untuk tidak menganggap ini menjadi sebuah masalah serius. Aku tau ada rasa kecewa dalam hatinya, tapi sekali lagi aku sangat beruntung ternyata dia seribu kali lipat lebih dewasa dari yang aku kira. Belum sempat aku minta maaf dan bertahan dia sudah memaafkanku, mengajakku untuk meninggalkan masalah yang sudah lewat itu, karena aku telah mengakui kesalahan yang aku perbuat. Terima Kasih Yaa Allaah...

Perasaan ini sangat plog karena aku sudah mengatakan semuanya dengan sebenar benarnya. Sungguh di luar dugaanku ternyata dia memaklumi atas semua yang aku lakukan, dia menerima alasan yang aku berikan, atau minimal seperti itu yang dia katakan kepadaku bahkan tanpa syarat apapun. Hati ini serasa terpukul dengan kebodohanku sendiri, terpukul dengan puluhan ton kesalahan sendiri. Bagai mana bisa aku melakukan itu diatas hatinya yang sangat mulia itu.

Oke taruh saja aku sudah tinggalkan kebodohanku itu, tapi timbul satu hal yang membuatku tidak bisa berhenti memutar otak. Dua hari sudah aku berfikir dan tidak pernah bisa terlelap dalam tidur. Aku sudah kehabisan pikiran dan dalam hitungan logika, aku tidak bisa menemukan alasan mengapa dia bisa memaafkanku dengan tanpa syarat apapun. Sungguh di luar dugaan dan perhitunganku. Bahka dia masih bisa mengatakan "semuanya akan baik baik saja" Oh My God!! Betapa bodohnya diri ini. Aku harus banyak belajar darinya atas kemuliaan hatinya yang selama ini aku ingin tahu dari mana asalnya. Jadi benar dugaanku selama ini, kecantikan wajahnya memang berasal dari dalam hatinya. Tidak salah ternyata aku menamainya dengan "My Queen".

Saturday, July 16, 2011

Aku Kehilanganmu Malam Ini

Malam ini, Malam Minggu 17 July 2011, Agendaku adalah tugas mendadak solidaritas perkawanan untuk mencari temanku sudah dua minggu yang lalu pamitan untuk berangkat ke Pulau Pari Kep. Seribu tapi sampai sekarang belum ada kabar. Tapi ceritaku kali ini bukan masalah temanku itu. Aku tuliskan cerita ini dalam benakku di pinggir Muara Tanjung Burung, masih segaris dengan Tanjung Pasir dan Tanjung Kait, kurang lebih 35 KM keutara dari tempat tinggal ku. Jika kita tarik garis lurus ke Timur sekitar 10 Km akan sampai di Pantai Ancol yang terkenal di Televisi itu.

Aku masih ingin bercerita untuk melanjutkan cerita cerita kami seperti biasanya. Hari ini aku sangat susah menemuinya walau hanya dalam telpun atau pun sekedar SMS. Sesibuk apapun dia aku bisa memakluminya. Karena hari ini mungkin banyak serangkaian ibadah dan kegiatan kegiatan kerohanian yang menyita waktu dan tenaganya. Hanya saja aku ingin mendiskusikan tentang tawaran yang aku dapatkan dari pihak luar tadi siang. Sempat sih aku menelpunnya tapi karena satu hal dan lain sebab telepun kami terputus, dan terpaksa aku harus menundanya. Hingga aku menuliskan cerita ini aku belum bisa menghubunginya sama sekali.

Ya sudah apa boleh buat, mungkin memang hari ini aku tidak bisa menemuinya dan atau untuk sekedar berbicara melalui telepun. Sebenarnya sekarang ini aku lagi sibuk berkoordinasi dan melakukan persiapan persiapan perahu untuk mengarungi laut sampai Pulau Pari tersebut. Perjalanan tidak terlalu jauh sih sebenarnya, hanya butuh waktu 3 - 4 jam sudah sampai pada tujuan. Tapi pikiranku masih saja tertuju pada sosok yang aku cintai, entah kemana dia dan mengapa sangat susah aku hubungi.

Angin serasa dingin menembus tulang melalui pori poriku, di tambah lagi tadi aku berkeringat karena aktifitas persiapan perahu itu, keringat yang begitu banyak menjadikan angin terasa lebih dingin, akhirnya aku kenakan kembali kaosku yang sempat aku lepas karena berkeringat. Aku keluarkan Telepun Genggamku dari tas pinggang kecil berwarna hitam pemberian teman ku, aku jadi tertawa kecil karena sebelum di berikan kepadaku biasanya tas kecil ini berisi pistol plus peluru, Dompet butut berwarna coklat, beberapa obat obatan aspirin obat sakit kepala yang berada pada tube berwarna label hijau tua dan beberapa fotto target operasi yang harus di kejar sampai dapat.

Mulai aku memainkan jariku pada telepun genggam batangan bahkan keypad nya yang sudah keras jika di pencet untuk menampilkan angka atau huruf di layar. Mulai muncul beberapa huruf yang menanyakan apakah dia sudah tertidur lelap, pesan aku kirimkan. Sambil menunggu balasan aku berharap dia belum tertidur. Tidak tahan rasanya seharian ini tanpa bertemu , berkomunikasi atau setidaknya bertegur sapa. Dia sudah memenuhi hatiku dan pikiranku dengan harapan yang kami bentuk sebagai cita cita kami. Karena aku ingin berbahagia bersamanya.

Perasaanku menjadi terombang ambing seperti perahu yang aku perhatikan sekitar 3 meter di depanku. Goyang kenanan aku semakin tak karuan ingin merengkuhnya dalam pelukan ku. Semakin kencang ombak pinggir pantai menerpa semakin aku merasa takut kehilanggannya. Ingin rasanya aku membatalkan keberangkatan ini dan memacu kendaraanku untuk sampai kerumahnya, entah berapa satuan waktu yang aku butuhkan untuk sampai kesana. Tapi aku harus menyelesaikan tugas itu.

Kembali aku cabut sebatang rokok putih yang terkadang membuat dada sedikit sesak dan tidak nyaman untuk aku konsumsi, terhisap sudah ribuan racun kedalam paru paruku. sepuluh menit dua puluh empat detik belum juga aku mendengar suara dering SMS ku, biasanya pasti ada dering dalam hitungan detik. "mungkinkah aku ini menjadi satu-satunya cinta yang terakhir kamu dan tak akan ada cinta yang kedua dan ketiga dan cinta lainnya." Sebuah lagu dari Mahadewi yang aku potong dengan MP3 Cutter, itu lah dering SMS yang aku pasang kemarin malam. Semakin kacau saja perasaanku, sudah sekian menit pesanku tidak dibalas olehnya. Aku harap dia benar benar sudah tertidur seperti dugaanku sebelumnya dan aku harap dia tidak sedang sakit karena kemarin kami berbincang nampak dia sedikit batuk. Dan aku berharap dia tidak sedang melupakanku, mengacuhkan aku atau pergi menjauhi ku.

Masih aku lihat sekeliling Muara sedikit gelap karena hanya ada cahaya petromak, nampak dari kejauhan lampu lampu perahu milik nelayan pancing yang terlihat sangat kecil. Semakin pendek saja rokok di tangan kiri ku, kembali aku masukkan puluhan ribu racun kedalam paru paru ini. Dalam benakku semakin kacau karena aku merasa seperti kehilangannya malam ini.

Hari ini menjadi hari yang sangat tidak nyaman karena tiada kehadirannya. Aku seperti kehilanggan nya malam ini seperti lima tahun yang lalu aku kehilanggan jejaknya. Kembali aku cabut sebuah benda bulat panjang berwarna putih dari kotak berwarna hitan yang sudah usang karena hampir setahun aku menggunakannya sebagai tempat benda itu. Saatnya kriket hitamku melakukan tugas nya kembali, buuuffttt..... asap putih kecoklatan nampak jelas di mataku di terangi cahaya lampu petromak yang sedikit redup karna belum aku pompa kembali.

"Caiyaaaanngg.... kamu dimana??, Sedang apa??" dan sederet pertanyaan lainnya muncul didalam benakku silih berganti tidak beraturan. Timbul dan kemudian tenggelam lagi seperti hembusan angin malam yang kadang semakin kencang dan hilang tanpa memberitahu sebelumnya. Tapi akhirnya sederet pertanyaan itu terdepak oleh rasa percayaku kepadanya. Dia pasti sedang memimpikanku dalam tidur lelapnya. Sabuah kalimat yang membuatku dedikit tenang dengan perasaan percaya yang sangat dalam.

Tiga puluh menit empat belas detik tiada sekalipun dering SMS berbunyi. Aku benar benar seperti kehilanggannya malam ini. Sedih karena aku harus membayangkan berada di pulau dengan jarak 3 -4 jam dalam kecepatan mesin disel 50 PK yang pastinya tanpa ada kontak dengannya. Disana seperti biasanya tidak pernah ada satu bar pun signal dari penyedia jasa telekomunikasi manapun.

Aku hanya bisa memendam perasaan ini sambil menunggku semuanya rapi sebelum jam 3 pagi. Kulit ini serasa merinding karena angin malam sudah semakin dingin dan aku harus meraih jaket hitam ku untuk aku kenakan diatas badan yang 7 kg sudah kelebihan berat dalam sekala normal.

Ingin sekali malam ini aku berduaan dengan nya sambil berbincang tentang cita cita kami dan sesekali memeluk atau mencium keningnya dengan perasaan cinta yang mendalam. Malam ini aku aku sangat takut kehilanggannya.

Kembali aku ber pura pura menyibukkan diri dengan memegang tali tambang yang aku tarik tarik, entah apa yang aku perbuat rasanya semua gerak gerikku sudah menjadi salah tingkah. Aku berfikir tidak mungkin aku pergi kepulau itu dengan kondisi hati dan pikiran seperti ini. Aku tidak mau menjadi beban temen teman ku sendiri. Andai aku bisa membuat alasan untuk tidak mengikuti rombongan menuju pulau itu.

Haaacchhiiimm... Bersin entah dari arah mana datangnya dan tiba tiba menyerangku bertubi tubi membabi buta tanpa ampun. Dalam hitungan menit segelas jahe susu manis panas menghampiriku dan aku mulai menimumnya. Sedikit membuatku hangat dan mengusir bersin untuk sementara. Tiba tiba badan ini sedikit menggigil kedinginan dan badan mulai panas sepertinya kepala juga sedikit pusing. Aku beranjak dari tempatku untuk menjauhi bibir muara yang memang sangat dingin kurasa. Sekian langkah aku berhenti, ku bentangkan sebuah matras biru kembali duduk dengan sebatatang rokok yang hampir habis di tangan kiriku. Sekitar 8 meter sudah aku menjauh dari bibir muara berarti 11 meter dari posisi perahu itu. Semakin panas dua jari kiriku dan akhirnya kulepas rokok itu dengan sedikit melemparnya kedepan. Kurebahkan badan dan kusilangkan kedua tangan di belakang kepala sebagai bantalku.

Kembali aku memikirkannya sambil melihat lagit keatas dan muka ini tidak bisa berbohong lagi di depan teman temanku. Satu temanku menghampiri dan berkata "Sob, kenapa lu kaga bilang kalau lagi sakit?" aku jawab seadanya dengan sedikit basa basi yang tidak dapat diterima sebagai gambaran apa yang sedang aku alami. Sambil meninggalkanku dia tertawa dan berkata keras "Sakit Jiwa!!!" aku tahu maksud perkataannya. Memang muka ini tidak bisa berbohong lagi di depan taman taman ku.

Jam dua pagi lewat lima menit aku lihat waktu di telepun genggamku. Nampaknya semua sudah rapi dan siap berangkat, aku perhatikan mereka sedang kasak kusuk entah membicarakan apa aku kurang jelas. "Sob, lu kaga usah ikut ye" kembali dengan logat betawi berkata dengan pelan pelan takut menyinggung perasaanku. Aku jawab kembali dan lagi lagi tidak bisa di terima dengan alasan aku kurang sehat.

Akhir nya aku hanya bisa berpartisipasi dalam upaya mencari temanku yang entah dimana sekarang. Aku letakkan 7 lembar uang kertas berwarna biru tua dan 5 bungkus rokok yang sedianya akan aku gunakan untuk bekal perjalanan. Kuhampiri kendaraan yang bisa aku gunakan dan kupacu melewati beberapa jalan berlubang penuh debu. Sampai akhirnya aku tiba di sebuah warteg yang masih ramai pembeli.

Aku memesan minuman panas kesukaanku, sebuah minuman panas berwarna coklat bening, berbau sangat khas dan manis bila terasa di lidahku, baru aku minum belum habis setengah kembali aku racuni paru paruku dengan asap putih kecoklatan. Dering SMS berbunyi aku harap dari dia yang aku tunggu sekian jam lamanya, ternyata kawanku yang mengabarkan bahwa perahu sudah berjalan menuju pulau itu. Kulanjutkan aktifitasku di warteg biru 24 jam itu.

Dan kahirnya terdengar suara lagu Mahadewi "mungkinkah aku ini menjadi satu-satunya cinta yang terakhir kamu dan tak akan ada cinta yang kedua dan ketiga dan cinta lainnya." walau hanya sms kosong tapi kali ini dari dia, 3 kali putaran sms berlangusng dan akhirnya aku telpun dia. Senagnya hati ini walau hanya bisa berbicara lewat telepun butut kesayanganku.

Kamipun berbincang seperti sudah 100 tahun tak bertemu, aku baru tahu ternyata seharian dia demam dan kecapaian karena harus mengunjungi beberpa saudaranya untuk mengantar sesuatu yang sifatnya tradisi. Kami berdua mengumbar ribuan kata cinta melalui telepun itu. Dia pun memintaku untuk segera pulang. Dan aku pulang. Selamat tidur kembali caiyang.......





Friday, July 15, 2011

Gusti Allaah Ora Sare

Seperti bisa kami mengawali dengan saling menanyakan kabar. Pembicaraanpun berlangsung, satu dua tiga kali putaran ternyata aku menangkap nuansa yang sedikit berbeda. Aneh dan lebih banyak terdiam tanpa aku tau sama sekali penyebabnya. Sapaan yang biasanya bernuansa ceria dan bahagia nyaris tak terlihat sama sekali, awan mendung kehitaman menutupi keceriaannya terbungkus sudah nuansa kebahagiaan itu. Aku tau saat dia sedang berusaha menutupinya dengan segudang kata dan gerak geriknya yang sama sekali tidak bisa menipuku. Aku tetap yakin bahwa hatinya sedang gundah, dadanya sedang sesak di penuhi perasaan perasaan yang semestinya sudah tidak ada ruang lagi didalam hatinya. Semestinya didalam hatinya hanya ada aku yang seharusnya selalu membuat dia bahagia.

Aku berupaya memancingnya dengan caraku sendiri yang sama sekali tanpa dia ketahui , tujuanku hanya ingin membuat dia berbicara sesuatu yang minimal bisa membuatku tahu apa yang sedang terjadi terjadi sehingga hatinya cukup berkecamuk. Supaya aku bisa melakukan apa yang seharusnya aku lakukan untuk melegakan hatinya. Mulai aku menyusun kata kata dalam benakku dengan teliti selayaknya aku sedang membuat adonan roti special dengan resep resep yang sulit di tandingi. Sebenarnya bisa saja aku bertanya langsung kepadanya, pasti dia akan memberitahu kan segera saat itu juga, karna aku tau dia sangat jujur atau minimal seperti itu yang aku tahu. "Maafkan aku, bukan maksudku untuk memaksamu berbicara" guman dalam hatiku.

Tapi hari ini aku tidak ingin ada rasa manis yang hilang dari kebiasaan kami. Pembicaraan kembali aku mulai dengan canda khas dariku, satu dua kali putaran pembicaraan sama sekali belum terasa ada nya tanda bahwa dia mau mengatakan sesuatu itu. Aku sedikit menambah tensi pembicaraan, seperti orang mengendarai mobilnya dan menikung tiba tiba tanpa lampu sign yang pasti akan membuat orang di belakangnya terkejut bukan main. dan BINGO !!! tanda tanda itu muncul seraya dia berkata :
"Ini hari terakhir ya? Aku ingin menghabiskan hari ini bersamamu"
Oh My God !! pertanyaan kembali muncul dalam benakku, apakah dia sedang mengkhawatirkan sesuatu ?? sedangkan dia selalu menasehatiku bahwa semua akan baik baik saja. Semua akan tetap berjalan seperti selayaknya tidak ada hari terakhir seperti yang dia khawatirkan sekarang.

Biasanya dia yang selalu lebih optimis dengan segala kekurangan yang kami miliki. Apa yang terjadi dengannya malam tadi ?? Apakah kerinduannya kepadaku telah mengalahkan kerinduaku kepadanya?? Hanya Tuhan yang tau. Menurutku semalam kami berdua benar benar sedang di landa rindu yang sama sama akut nya sehingga tidak ada yang saling mengalahkan. Hanya saja hari ini dia sedang ingin membuatku lebih bahagia dari biasanya dengan menunjukkan rasa cintanya kepadaku menggunakan cara yang berbeda dari hari biasanya. Memang dia paling bisa membuatku bahagia.

Pembicaraan yang semakin intens terjadi diantara kami, aku jadi teringat awal awal pertemuan kami kembali setelah sekian tahun kami di pisahkan oleh urusan kami masing masing. Semakin lembut aku rasakan berbicaraannya, dia ingin menunjukkan bahwa dia sedang berbicara dengan sangat serius. Aku ikuti iramanya karena memang dirinya sedang mengendalikan tempo pembicaraan kami. Aku simak seluruh ucapannya dengan seksama. "Apakah Kamu benar benar ingin hidup bersamaku selamanya?". Pertanyaan muncul dari ucapannya , yang seharusnya akulah yang bertanya seperti itu. Keseriusan pembicaraan itu muncul dan menenggelamkan nuansa kegundahan hatinya yang sebenarnya masih ada. Aku benar benar merasakan kegundahan itu di balik pembicaraan nya yang sangat serius. Aku sangat paham apa maksud pembicaraanya karena memang seperti itu yang aku inginkan selama ini.

"Banyak yang harus kita bicarakan dan masih panjang jalan yang harus kita tempuh" dia melanjutkan pembicaraannya setelah terdiam beberapa saat. Serius sekali pembicaraan kami hari ini, panjang dan tiada kata lelah untuk mendapatkan tujuan kami. Kami mempunyai sebuah itikat baik dalam hubungan ini. Keinginan yang sama untuk berlanjut pada hubungan yang lebih serius. Minimal seperti itu yang aku tangkap dari pembicaraan kami. Selanjutnya lain hari aku ingin menayakan ini kembali dalam kondisi yang benar benar rileks dan tiada kegundahan dalam hatinya. Aku ingin dia mengulang kembali perkataanya dalam kondisi dia yang benar benar nyaman.

Apa yang sedang dia khawatirkan atas hubungan ini sangat kontra produktif dengan perkataanya yang selalu dia ucapkan "Tenang, Semua akan baik baik saja". Apa yang dia khawatirkan ? apakah aku nampak kurang serius setelah sekian panjang proses yang kami lewati.

Terjawab sudah awan mendung kehitaman yang menutupi keceriaannya hari ini. Canda dan tawa aku kondisikan untuk menghilangkan sesak di dadanya, untuk memecahkan kegundahan hatinya sekaligus menenangkan pikirannya. Dan aku sangat bahagia telah berhasil membuatnya tertawa lepas terbahak bahak dan terlepas dari beban apapun. Luar biasa dia sudah bisa mengatakan "jalani saja seperti air mengalir" menurutku itu tanda bahwa dia sudah mulai rilek.

Sekarang kalian pasti mulai tau bahwa kami benar benar sedang dilanda cinta yang begitu dalam, penuh harapan dan cita cita. Mulai dari sekarang tidak ada alasan lagi buat kalian untuk tidak memberikan apresiasi nyata atas cerita cerita kami dengan banyak berdoa untuk kelanggengan kami.

Saturday, July 9, 2011

Pertemuan Kembali

Mungkin tulisan ini sangat tidak menarik untuk kalian tapi aku sudah tidak peduli lagi dengan apa pun itu, yang jelas hal ini sangat berarti untuk ku. Hanya sebuah cerita yang sedang terjadi dari serangkaiaan perjalanan yang sedang aku jalani. Ya, antara aku dan dia.

Aku adalah lelaki biasa dari keluarga biasa biasa saja. Seperti layankanya anak anak yang lain, aku selalu suka bermain selepas sekolah, menyewa komik dan mengikuti ekstra kulikuler untuk sekedar bersenang senang dengan teman temanku. Praktis tidak ada yang istimewa sama sekali atas diriku. Hingga aku menjadi seperti sekarang ini, dengan kondisi yang sangat jauh dari keistimewaan apapun.

Dia adalah seorang perempuan yang sangat menarik, aku bertemu saat ada tugas proyek dari perusahaan di mana aku bekerja. Proyek di sebuah Kota di Pulau Jawa sekitar tahun 2006 yang lalu. Dia bekerja di sebuah kantor client kami, sebagai seorang ujung tombak di kantor tersebut. Beberapa kali aku bertemu dan aku tertarik dengan nya. Awalnya aku memang tertarik dengan kecantikan wajahnya. Masalah cantik memang cukup relatif, tapi setidaknya kecantikan wajahnya sesuai dengan selera idealku. Fotto ??? aku ada 3 buah fotto nya tapi maap tidak untuk di obral.

Bentuk tubuhnya biasa saja menurutku, bahkan aku tidak bisa melihat lekuk tubuhnya, walaupun kata beberapa orang hasil pendengaranku dia seksi dan memangundang setiap mata untuk meliriknya, tapi tidak begitu menurutku. Bagiku dia biasa saja dan polos seperti kebanyakan perempuan Indonesia, pakainnya sangat santun jauh dari kesan seksi, tapi ada sisi yang berbeda menurut pengelihatanku. Semakin menambah ketertarikanku.

Dari wajahnya yang sangat Indonesia sekali sangat menarikku untuk ingin mengetahui siapa namanya. Aku selalu perhatikan dengan serius dan akhirnya terpesona. Bukan oleh kecantikan justru terpesona dengan cara dia berbicara dengan nada rendah, santun dan penuh simpatik, cara dia melihat lingkungan sekitarnya tiada rasa acuh sedikitpun kurasa dan beberapa prilaku nya yang membuat aku sangat tertarik dengannya. Sungguh sangat luar biasa, cerdas dan mempesona.

Pada masa masa akhir tugasku dalam proyek itu, awalnya terbersit niat untuk mengajaknya berkenalan untuk sedikit berbincang dan ingin tau lebih banyak mengapa aku sangat tertarik kepadanya. Sukur sukur bisa mendapatkan kesempatan lebih dari hanya sekedar berkenalan, benar sekali saat itu aku benar benar lagi jomblo. Strategi dan taktik sudah dirancang dengan sedemikian rupa untuk mengajaknya berkenalan, tapi waktu itu project leader di panggil ke pusat koordinasi secara mendadak dan tiba tiba. Tertunda sudah misi ku untuk berkenalan dengan nya. Malaikat seolah berbisik "Tenang Gan!!, masih ada hari esok!!". Namun karena area yang cukup luas membuatku kehilangan momen itu. Sampai akhirnya aku pulang ke Kota asalku tanpa sempat kembali dan berkenalan dengan nya. Hilang sudah harapan itu.

Pulang di Kota asalku dengan membawa segudang pertanyaan dan rasa penasaran yang sangat akut. Wajah, senyuman dan cara dia berbicara bahkan segala hal yang berkaitan dengannya semua menjadi bayangan dalam khayalan ku, banyang yang begitau nyata dan berwarna. Hingga aku tersadar ternyata aku jatuh cinta dengan dia.

Seperti biasa rasa penasaran seolah menjadi momok yang sangat menggangguku, bukan hanya dalam sisi ini, bahkan sisi lain dalam kehidupan sehari hari. Rasa penasaran itu semakin parah akhirnya mendorong ku untuk berbuat nekat. Nekat ??? bukan nekat seperti yang sedang kalian pikirkan, aku benar benar dalam kondisi penasaran yang sangat akut. Hampir setiap bulan setelah gajian aku datangi kota di mana dia tinggal, dengan semangat menggebu aku jalan kesana, beberapa kali aku lakukan karena sangat ingin bertemu.

Hingga beberapa kali aku baru gagal menemuinya, ternyata aku tidak tau di mana dia tinggal aku hanya tau di mana dia bekerja dan itupun selalu tidak bertemu dengannya. Setelah beberapa kali, aku tersadar bahwa setiap aku pergi kesana pasti hari libur, itu tidak mungkin dia ada di kantor tempat dia bekerja. Seperti biasa aku hanya duduk di lapangan bola depan kantor itu seperti tukang tagih yang sedang menunggu targetnya. Setelah lelah melihat kanan kiri dan kendaraan yang lalu lalang aku segera tinggalkan tempat itu untuk berputar keliling kota sambil mencari target target kuliner yang ternyata tidak banyak di kota itu. Paling hanya ada Rawon dan Sate di kiri jalan dekat perempatan dan alun alun itu. Misi itupun gagal untuk kesekian kalinya. Tapi minimal kegagalan itu bisa membuatku hafal daerah tersebut, dan suatu saat aku akan mencarinya kembali.

Aku selalu pulang dengan kegagalan dan penasaran yang semakin akut. Hingga akhirnya aku kembali terlibat dalam proyek di tempat lain. Kesibukan proyek itu yang membatasi misi ku walau sedikit menghiburku selama hampir dua tahun hingga akhirnya tanpa sengaja aku mendengar kabar bahwa dia sudah menikah dengan orang lain. Hancur sudah hati ini seperti layaknya orang yang sedang patah hati. Selanjutnya aku hanya bisa menyimpan dalam dalam rasa itu di dalam hati yang paling dalam, jangan sampai ada sedikitpun yang terbuang. Hingga saat ini masih tersimpan rapi tiada seorangpun mengetahuinya termasuk dia.

Tahun demi tahun aku lalui dan banyak peristiwa pula yang aku lewati. Bulan Itu Tahun ini Menjadi sebuah kejutan tersendiri ketika ada kabar bahwa ada proyek gabungan, waw terbayang kembali atas apa yang aku lalui tahun itu. Harapan untuk bertemu dengan nya seolah muncul kembali dengan ada nya kabar tersebut.

Penggalian informasi aku lakukan secara berlahan dan terselubung seperti telik sandi, lirik kanan lirik kiri, kuping sana kuping sini dan dengan gerakan yang tanpa mencurigakan sama sekali. dan hasilnya aku menemukan dia. Perbincangan yang sangat intensif membuatku membongkar kembali apa yang sudah aku simpan rapi dalam hati hingga akhirnya muncul di permukaan.

Awalnya memang aku berpura pura bodoh dan tidak tahu, aku berbicara biasa saja tanpa terlihat sedang berbicara dengan perempuan yang aku cintai, sejuta grogi dan salah tingkah sudah aku tutup rapat rapat. Santai tanpa menimbulkan kecurigaan sama sekali, aku berusaha dengan memberikan tanda tanda bahwa selama ini aku masih suka padanya. Tanda demi tanda aku berikan tapi belum juga terbaca olehnya, sampai akhirnya aku bercerita terus terang bahwa aku pernah berniat untuk mengetahuinya lebih banyak dengan sering mengunjungi tempat kerjanya walau selalu gagal bertemu denganya.

Berganti hari semakin intens kami berbicara, ngobrol kadang haya sekedar bercerita kesana kemari. Sesekali dia bercerita tentang laki laki lain yang selalu membuatku cemburu setengah mati. Tidak jarang pula di terkesima dengan ceritaku terutama dengan mantan mantan pacarku yang kadang juga membuat dia emosi. Sampai suatu hari dia bercerita tentang hal yang sangat mengejutkan ku, yah dia bercerita keluarganya, anak dan suaminya. Mungkin ada satu hal yang tidak bisa aku ceritakan disini, karna aku sudah janji untuk tidak bercerita kepada siapapun tentang satu hal itu (maap). Silahkan kalian tebak sendiri saja cerita yang aku tidak mungkin beritakan kepada kalian.

Ternyata dia sudah membelah dirinya seperti amoeba, tapi kali ini dengan cara yang sedikit berbeda. Dia titiskan dirinya pada seorang anak laki laki yang riang cerdas dan dinamis. Dia seorang anak laki laki yang diharapkan akan menjadi seperti tanaman yang sangat harum yang bisa mengharumkan seluruh lingkungan dimana dia tumbuh dan berkembang. Mampu mengabarkan berita baik seperti seorang Nabi yang selalu berdakwah dengan semangat yang luar biasa. Dengan memiliki spirit yang mampu menjadi Api untuk membangkitkan kesadaran dari setiap orang yang mengenalnya. Aku suka sekali dengan nama anak laki lakinya.

Pada sisi lain perhatian dia kepada ku sungguh sangat diluar dugaanku, sangat dewasa dan keibuan kurasa. Polos dan ketulusanya benar benar aku rasakan, mulai hal sepele sampai hal hal yang setidaknya sedikit mendetail. Praktis membuat aku semakin jatuh hati dan tergila gila. Dengan kondisi ini membuat aku ingin berterus terang bahwa aku mencintainya dari dulu hingga sekarang.

Sedihnya aku rasakan ketika aku mendapat pukulan keras dari nya, dia mengajak ku berjanji untuk bersedia menjadi teman baiknya untuk selama lamanya. Dengan alasan dia takut jatuh cinta kepadaku. Oh My God !! padahal aku belum sempat berterus terang kepadanya tentang perasaanku ini. Aku menganggap ini adalah sebuah pertahanan dari pager baja yang tebal dan sulit untuk di tembus bahkan dengan api panas sekalipun. Dengan demikian dia telah menutup jalanku, mungkin karena dia tidak mau hubungan ini berlanjut, atau seperti apa aku kurang tau. Aku sudah tidak bisa menterka terka lagi apa maksudnya, hingga akhirnya aku meminta kepadanya untuk tidak menutup hatinya untukku. Ya itu adalah salah satu usahaku untuk mendapatkan citanya.

Berlanjut hari pada suatu ketika kenapa perasaan ini mengatakan bahwa dia sedang berpura pura tidak tahu jika aku mencintai, menyayangi dan menyukainya. Aku beranggapan bahwa ini lah saatnya mengatakan yang sejujurnya tentang perasaan ini, aku nyatakan cintaku kepadanya. Iya benar aku bilang "I Love You". Karena memeng cinta harus di nyatakan. Oh My God ternyata dia malu untuk mengatakannya, akhirnya dia menjawabnya melalui SMS, dia bilang kalau dia juga mencintaiku. Aku memakluminya, lain hari aku ingin sekali dia mengatakan langsung dari ucapannya dan akhirnya aku mendapatkannya. Dia sudah bersedia untuk mengucapkannya. Praktis membuat jantungku berdebar seperti saat aku meluncur dari air terjun dengan kano dan satu dayung saat aku bermain arung jeram itu.

itu adalah cerita hingga saat ini sebelum aku menuliskan cerita ini pada blog ini. Hingga terakhir malam ini kami masih intens berbicara dengannya. Ini aku share 1 SMS terakhir sebelum aku menuliskan cerita ini :

"Bersamamu adalah waktu yang sangat berarti untukku. Saat ini aku sedang mencari kesempatan untuk mewujudkan apa yang selama ini gagal aku wujudkan. Jika aku gagal lagi, minimal aku tau bahwa aku benar benar gagal. Jika aku berhasil maka aku akan segera tau bahwa aku akan bahagia bersamamu"

Itu sebuah niatan ku yang aku utarakan memang hanya sebuah SMS, tapi lain hari aku ingin mengucapkan langsung dari mulutku sendiri. mudah mudahan aku selalu optimis dengan niatan itu. Tidak Boleh gagal lagi.